Sabtu, 28 Mei 2016

Ketika Seorang Ibu Menjadi Pecandu Ganja

Tertegun saya ketika membaca berita tentang seorang ibu muda yang menaruh bayinya di atap mobil yang sedang berjalan. Perbuatan ibu tersebut dipengaruhi oleh ganja. Kita sering mendengar bahaya penyalahgunaan Narkoba, dan ternyata bukan hanya dapat membahayakan pengguna sendiri, Narkoba juga dapat membahayakan lingkungan sekitar. Salah satunya adalah keluarga, termasuk anak.
Kisahnya terjadi 2 Juni 2012 di Arizona. Ketika seseorang menghubungi polisi karena ia menemukan bayi yang terikat di car seatdi tengah jalan. Mobil tersangka sudah melaju sekitar 400 meter sebelum bayi yang berada di car seat itu terjatuh. Si bayi diperiksa ke rumah sakit setempat dan tidak mengalami cedera. Si ibu bayi yang bernama Catalina, berusia 21 tahun, mengakui kesalahannya tersebut dan mengaku berada di bawah pengaruh ganja ketika meletakkan bayinya di atap mobil dan mengemudikan kendaraannya.
Pengaruh ganja yang sangat kuat telah membahayakan bayi ibu muda tersebut. Ganja adalah salah satu bentuk obat-obatan terlarang yang  biasanya dibentuk menjadi rokok dengan menggunakan batang, daun, bunga dan biji tumbuhan ganja, tetapi juga dapat dicerna dalam berbagai cara. Ganja adalah obat terlarang yang paling sering disalahgunakan di berbagai negara. Ulasan ilmiah oleh Institute of Medicine National Academy of Sciences, Yayasan Addiction Canada Research, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa ganja memiliki banyak efek akut dan kronis pada kesehatan pengguna, demikian yang dilansir Livestrong.
Ganja memengaruhi otak, maka hal tersebut dapat berdampak akut pada persepsi seseorang dan kinerja dalam kegiatan umum seperti mengemudi yang bisa membahayakan kesehatan. Menggunakan ganja juga telah diketahui menyebabkan kecemasan, halusinasi, dan rasa takut atau panik.
Fenomena halusinasi merupakan persepsi yang abnormal pada individu dimana ia sadar dan terjaga akan tetapi tanpa adanya stimulus pada reseptor panca indera yang nyata di luar dirinya. Halusinasi, dengan kata lain persepsi tanpa objek yang jelas. Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing, 1987).
Ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, di antaranya :
1.    Halusinasi auditorik (pendengaran).
Halusinasi ini sering berbentuk: a) Akoasma, yaitu suara-suara kebisingan tanpa dapat dibedakan makna secra jelas. b) Phonema, yaitu suara-suara dari manusia berupa kalimat. Penderita mendengar kalimat-kalimat secara jelas atau potongan kalimat (kata) tertentu saja.
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara orang. Biasanya mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi visual (penglihatan).
Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi pada penderita psikotik dan schizophrenia menimbulkan ketakutan luar biasa. Individu merasa dirinya terancam karena melihat orang-orang yang ingin membunuhnya, mencari atau menangkapnya. Halusinasi ini kadang juga dalam bentuk cahaya.
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi olfaktorik (pembauan).
Penderita merasa mencium sesuatu yang tidak dia sukai. Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan, seperti darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, dan kejang.
4. Halusinasi gustatorik (pengecap).
Halusinasi ini sangat jarang dilaporkan atau dijumpai. Individu mengecap sesuatu yang tidak disukainya, pada penderita schizophrenia berperilaku meludah secara terus-menerus karena merasakan rasa yang tidak disukainya. Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
5. Halusinasi taktil (perabaan).
Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang. Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contohnya merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi haptik.
Halusinasi ini biasanya beriringan dengan halusinasi taktil dimana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan individu atau benda lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual, dan sangat sering dijumpai pada pencandu narkoba. 
7. Halusinasi sinestetik.
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita schizophrenia dan pencandu narkoba. Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
8. Halusinasi autoskopi.
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
9. Halusinasi mikrokospik. 
Beberapa gangguan kecemasan seperti obsesif kompulsif merasakan sesuatu yang bergerak-gerak (seperti kuman, bakteri, insekta) diatas kulitnya. 
Kondisi yang memungkinkan kemunculan halusinasi.
1.      Demam tinggi.
2.      Keracunan atau penggunaan ganja, LSD, kokain Amphetamine dan turunannya, heroin, dan alkohol.
3.      Demensia atau delirium.
4.      Kerusakan panca indera seperti kebutaan dan tuli.
5.      Beberapa kondisi medis seperti kegagalan hati, kanker otak.
6.      Kondisi psikiatrik seperti schizophrenia, depresi dengan psikotik, dan PTSD (post-traumatic stress disorder).
Adapun tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan oleh penderita, yaitu: pertama, tahap kesatu, 1)  Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum, halusinasi merupakan suatu kesenangan. 2) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan. 3) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas. 4) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontol kesadaran, nonpsikotik. 5) Tersenyum, tertawa sendiri. 6) Menggerakkan bibir tanpa suara. 7) Pergerakkan mata yang cepat. 8) Respon verbal yang lambat. 9) Diam dan berkonsentrasi.
Kedua, tahap berikutnya, 1) Menyalahkan. 2) Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan perasaan antipasti. 3) Pengalaman sensori menakutkan. 4) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut. 5) Mulai merasa kehilangan control. 6) Menarik diri dari orang lain non psikotik. 7) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. 8) Perhatian dengan lingkungan berkurang. 9) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja. 10) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas.
Ketiga, tahap selanjutnya, 1) Mengontrol. 2) Tingkat kecemasan berat. 3) Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi. 4) Penderita menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi). 5) Isi halusinasi menjadi atraktif. 6) Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik. 7) Perintah halusinasi ditaati. 8) Sulit berhubungan dengan orang lain. 9) Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik. 10) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat.
Keempat, tahap keempat, 1) Penderita sudah dikuasai oleh halusinasi. 2) penderita panik. 3) Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik. 4) Perilaku panic. 5) Resiko tinggi mencederai. 6) Agitasi atau kataton. 7) Tidak mampu merespon terhadap lingkungan.
Dari tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat bahwa Catalina sudah masuk pada tahap keempat yang membahayakan orang lain. Walau penggunaan ganja sebagai pengobatan, tetapi bila disalahgunakan maka itu akan membahayakan bagi diri sendiri dan orang lain. Bahkan,  ada yang menyebutkan bahwa penggunaan ganja dapat memunculkan halusinasi secara visual. Maka, berhentilah bermain-main dengan ganja dan obat haram lainnya.

0 Comments:

Posting Komentar