Sabtu, 25 Juni 2016

Sumpah Pemuda; Membentuk Karakter Pemuda

Hari ini, Senin, 28 Oktober, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Ikrar sumpah ini dilakukan pada akhir Kongres Pemuda Kedua, 28 Oktober 1928. Isi dari Ikrar Sumpah Pemuda itu sebagai berikut:

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. 

Sebuah ikrar para pemuda dalam mencintai ibu pertiwi. Sekarang ini, sumpah pemuda bukan secarik kertas yang dibaca berulang-ulang, tetapi menuntut bukti nyata para putra dan putri Indonesia, bukan janji atau sumpah simpati.

Kecintaan akan negeri harus diterapkan sejak dini. Jangan sampai pemuda masa kini tak mengenal ciri khas ibu pertiwi. Terombang-ambing dari gempuran budaya asing, tanpa mengenal karakter dari budaya tanah air. Masuknya berbagai budaya asing, hendaknya anak-anak atau remaja mendapat bimbingan, sehingga kita dapat mengambil yang baik dan membuang yang buruk. Miris dan prihatin ketika beredar kabar tindakan seksual di kalangan remaja sekolah, belum lagi dengan tawuran dan pornografi.
 
Tentu bukan hanya dibutuhkan peran dan bimbingan dari orang tua, pendidik, atau lingkungan (termasuk media), tetapi mental dari anaknya itu sendiri.

Berbicara masa sekolah dan remaja, saya teringat ketika mengikuti organisasi ekstrakulikuler sekolah, yang bernama Ummahatul Ghad. Di sekolah kami, yang berafiliasi dengan pesantren, ada dua organisasi ekstrakulikuler berdasarkan gender. Untuk laki-laki bernama Rijalul Ghad, yang artinya bapak masa depan, dan untuk semua siswi harus ikut Ummahatul Ghad, yang artinya ibu masa depan. Waktu itu, saya sebagai anggota hanya mengikuti saja semua kegiatan, tanpa memahami spirit dan falsafah dari organisasi tersebut.

Ada pengajian, pelatihan, dan perlombaan yang berlaku dalam setiap kegiatannya. Demikianlah, saya hanya mengikuti, kadang menggerutu karena harus terlambat pulang, kadang tertawa riang melihat polah orang-orang, kadang menyimak dan meninggalkan tempat. Campur aduk. Hanya menjalankan rutinitas.

Kini, di saat semua berlalu, saya baru memahami bahwa itu sebagai bekal dan wadah dalam beraktivitas dan berkreatifitas dalam mengisi waktu dengan hal-hal yang berguna dan bermanfaat. Merunut pada nama organisasi sendiri, sebenarnya terinspirasi dari perkataan Syekh Mushthafa al-Gulayani yang berbunyi,
شبا ن ا ليو م ر جا ل الغد و بنا ت اليو م ا ا مها ت الغد
"Pemuda-pemuda masa sekarang adalah (calon) bapak-bapak pada masa yang akan datang dan pemudi-pemudi di masa sekarang adalah (calon) ibu-ibu masa yang akan datang."

Dan sya'ir yang diungkapkannya,
ان في يد الشبا ن امر الأمة و في ا قدا مهم حيا ته
"Sesungguhnya pada tangan pemuda-pemudalah urusan umat dan pada gerak-derap kaki mereka kemajuannya."

Tak berlebihan bila Pak Sukarno, Presiden RI pertama berucap, "Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."

Tak dapat dielakkan lagi, bahwa pembentukan karakter jujur, amanah, dan adil sejak dini sangat penting dalam menciptakan pemuda-pemuda di masa yang akan datang.


#catatansore, hujan, 28 Oktober 2013

0 Comments:

Posting Komentar