Langsung ke konten utama

Sumpah Pemuda; Membentuk Karakter Pemuda

Hari ini, Senin, 28 Oktober, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Ikrar sumpah ini dilakukan pada akhir Kongres Pemuda Kedua, 28 Oktober 1928. Isi dari Ikrar Sumpah Pemuda itu sebagai berikut:

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. 

Sebuah ikrar para pemuda dalam mencintai ibu pertiwi. Sekarang ini, sumpah pemuda bukan secarik kertas yang dibaca berulang-ulang, tetapi menuntut bukti nyata para putra dan putri Indonesia, bukan janji atau sumpah simpati.

Kecintaan akan negeri harus diterapkan sejak dini. Jangan sampai pemuda masa kini tak mengenal ciri khas ibu pertiwi. Terombang-ambing dari gempuran budaya asing, tanpa mengenal karakter dari budaya tanah air. Masuknya berbagai budaya asing, hendaknya anak-anak atau remaja mendapat bimbingan, sehingga kita dapat mengambil yang baik dan membuang yang buruk. Miris dan prihatin ketika beredar kabar tindakan seksual di kalangan remaja sekolah, belum lagi dengan tawuran dan pornografi.
 
Tentu bukan hanya dibutuhkan peran dan bimbingan dari orang tua, pendidik, atau lingkungan (termasuk media), tetapi mental dari anaknya itu sendiri.

Berbicara masa sekolah dan remaja, saya teringat ketika mengikuti organisasi ekstrakulikuler sekolah, yang bernama Ummahatul Ghad. Di sekolah kami, yang berafiliasi dengan pesantren, ada dua organisasi ekstrakulikuler berdasarkan gender. Untuk laki-laki bernama Rijalul Ghad, yang artinya bapak masa depan, dan untuk semua siswi harus ikut Ummahatul Ghad, yang artinya ibu masa depan. Waktu itu, saya sebagai anggota hanya mengikuti saja semua kegiatan, tanpa memahami spirit dan falsafah dari organisasi tersebut.

Ada pengajian, pelatihan, dan perlombaan yang berlaku dalam setiap kegiatannya. Demikianlah, saya hanya mengikuti, kadang menggerutu karena harus terlambat pulang, kadang tertawa riang melihat polah orang-orang, kadang menyimak dan meninggalkan tempat. Campur aduk. Hanya menjalankan rutinitas.

Kini, di saat semua berlalu, saya baru memahami bahwa itu sebagai bekal dan wadah dalam beraktivitas dan berkreatifitas dalam mengisi waktu dengan hal-hal yang berguna dan bermanfaat. Merunut pada nama organisasi sendiri, sebenarnya terinspirasi dari perkataan Syekh Mushthafa al-Gulayani yang berbunyi,
شبا ن ا ليو م ر جا ل الغد و بنا ت اليو م ا ا مها ت الغد
"Pemuda-pemuda masa sekarang adalah (calon) bapak-bapak pada masa yang akan datang dan pemudi-pemudi di masa sekarang adalah (calon) ibu-ibu masa yang akan datang."

Dan sya'ir yang diungkapkannya,
ان في يد الشبا ن امر الأمة و في ا قدا مهم حيا ته
"Sesungguhnya pada tangan pemuda-pemudalah urusan umat dan pada gerak-derap kaki mereka kemajuannya."

Tak berlebihan bila Pak Sukarno, Presiden RI pertama berucap, "Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."

Tak dapat dielakkan lagi, bahwa pembentukan karakter jujur, amanah, dan adil sejak dini sangat penting dalam menciptakan pemuda-pemuda di masa yang akan datang.


#catatansore, hujan, 28 Oktober 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Digitalisasi Kampung Wisata Etnik Keberagaman Pulo Geulis

Digitaliasasi kampung wisata etnik keberagaman Pulo Geulis sangat penting untuk perkembangan teknologi dan masyarakat 5.0. Budaya masa kini tidak lepas dari adanya budaya masa lalu. Hal yang menjadi proses terbentuknya budaya tidak lepas dari kebiasaan atau karakter warga dan masyarakatnya. Demikian pula dengan budaya keberagaman di Pulo Geulis, salah satu daerah yang ada di Kota Bogor. Pulo Geulis sendiri memiliki makna sebagai pulau yang cantik. Kalau dilihat secara geografisnya, Pulo Geulis berada di daerah delta yang membelah Sungai Ciliwung. Dari namanya yang geulis, membayangkan bahwa pulau ini dulunya cantik, tetapi setelah mengenalnya, ternyata pulau ini cantik bukan hanya secara sejarah, daerah, tetapi cantik juga pada karakter warganya yang mengusung toleransi keberagaman beragama. Ketika pertama kali menginjak Pulo Geulis, saya mengetahuinya sudah cukup lama karena selalu menjadi perbincangan di WAG mengenai keberagaman dalam beragamanya. Pada pulau tersebut terdapat klenten

Deklarasi Menarik, Meilina Kartika - Abdul Kholik Maju untuk Pilkada Bekasi 2017

Pesta rakyat dalam pemilihan daerah serentak 2017 sudah mulai digelar. Dengan pendaftaran calon bupati dan wakil bupati ke Komosi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) sebagai titik awal hajatan rakyat berada di titik star. Rabu, 21 September 2016, KPUD Kabupaten Bekasi menerima Meilina Kartika dan Abdul Kholik sebagai calon bupati dan wakilnya. Dengan mengusung deklarasi menarik, Meilina Kartika-Abdul Khalik maju untuk Pilkada Bekasi 2017. Deklarasi Menarik  Deklarasi Menarik menjadi hal penting dalam titik awal kampanye pemilihan yang sudah dimulai dengan pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Bekasi. Meilina Kartika dan Abdul Kholik memberi pernyataan untuk maju menuju Pilkada 2017. Menarik sendiri bisa menunjukkan sesuatu yang unik dan enguine sehingga menjadi ketertarikan atau magnet yang akan selalu membawa perubahan pada hal yang lebih baik. Namun kali ini, kata Menarik diterapkan dengan akronim dari Meilina-Abdul Kholik. Abdul Kholik memiliki nama panggilan Iik.